BAB
I
PENDAHULUAN
1. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (DSS)
Dibandingkan Excecutive Support
System (ESS). Decision Support System
(DSS) memang luas wawasannya karena pada umumnya program DSS mempunyai
kemampuan ESS ditambah kemampuan analisisi. meskipun tidak mempunyai kemampuan
penyajian presentasi sebagus ESS. Definisi DSS dapat ditulis sebagai rangkuman
sistem komputer yang digunakan untuk membentu manajer membuat keputusan.
Ciri-ciri serta keuntungan dalam menggunakan DSS dapat dituliskan sebagai
berikut :
·
Dapat menyelesaikan problem yang
kompleks
·
Sistem dapat berinteraksi dengan
pemakainya (contoh yang terkenal adalah 'What-If Analysis') sehingga dapat
mencoba keputusan yang lebih dulu
·
Lebih cepat dan dengan hasil yang lebih
bak dibanding dengan pengambilan keputusan yang intuisi (mengandalkan perasaan
terutama untuk lingkungan yang cepat berubah)
·
Menghasilkan acuan data untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi bagi manajer yang kurang berpengalaman
·
Untuk masalah yang berulang. DSS dapat
meberi keputusan dengan lebih efektif meski tidak terlalu lebih efisien
·
Fasilitas untuk mengambil data dapat
memberi beberapa manajer berkomunikasi dengan lebih baik
·
Meningkatkan produktifitas dan kontrol
dari manajer
·
Membantu bermacam-macam bagian dari
manajemen
·
DSS didesain untuk mudah dibuat dan
mudah dipakai
·
DSS dgunakan untuk 'membantu' manajer
sehingga setiap saat dapat diabaikan atau dibatalkan
Tiga
Langkah Yang Dapat Dilakukukan Dalam Membuat DSS
- Mendefinisikan problem
- Membuat model dengan DSS generator
- Mengunakan modeltersebut untuk mendapatkan jawabannya
Masih Banyak DSS yangdapat kita
peroleh di pasaran. Banyak di antara DSS ini yang memiliki kapasitas untuk
menjadi DSS sekaligus menjadi DSS generator sebagaimana yang dimiliki oleh
Integrated Package (IP). sebuah proses yang menggunakan DSS memiliki beberapa
komponen antara lain :
A. Dialog
Alat untuk berinteraksi antara komputer dengan
pemakainya. pemakai harus bisa mengerti apa arti informasi yang dihasilkan. ini
berarti, sistem (komputer beserta progamnya) mudah dipakai (user friendly).
Ditinjau dari sudut pemakainya, sang pemakai hasus pula belajar dan berlatih
cara penggunaannya serta arti informasi
yang dihasilkan.
B. Model
Model serta sistem yang diperbolehkan pemakai
memilih model yang cocok. Tiga macam model yang biasa digunakan adalah :
- Optimalisasi : mencari yang terbaik. Contohnya membuat jadwal, membuat perbandingan, linier progaming, simulasi, dan lain sebagainya.
- Statistik/Matematis: menggambarkan masalah dengan standar kuantifikasi yang ada. Contohnya forecasting, fungsi kemungkinan (probabilitas), proyek penjualan, dan lain sebagainya.
- financial, mencari kesempatan yang baru yang lebih menguntungkan. Contohnya investasi, cash flow, manajemen resiko, dan lain sebagainya.
Pada komponen ini, kadang pemakai perlu mempunyai
kemampuan membuat progam agar dapat memanipulasi model yang disajikan.
C. Database
Pengaturan keluar masuk data. sistem harus dapat
menerima, mengatur, dan mengeluarkan data yang diterima dapat bersal dari dalam
maupun luar organisasi.
D. Data
Data itu sendiri yang akan di proses untuk
menghasilkan keputusan.
2. SISTEM PENDUKUNG EXECUTIVE
Tujuan Excekutive Support System
(ESS) adalah untuk mengintisarikan informasi dan bermacam sumber, lalu
dipersembahkan pada Manajer Tingkat Atas (MTA). Penerapan ESS yang benar dapat
dimulai dari mempelajari apa saja yang dibutuhkan oleh seorang MTA dan apa pula
kebiasaan yang dimiki olehnya. MTA biasanya membutuhkan informasi atas dasar Critical Success Factor (CSF). CSF
adalah faktor yang telah membuat sebuah organisasi berjalan menuju sukses.
faktor ini harus diperhatikan dan dijaga bila organisasi tersebut ingin menjadi
sukses. caranya :
·
Kemampuan Untuk Menampilkan CSF
Baik CSF yang bersifat strategi
maupun CSF yang bersifat operasional
·
Kemampuan untuk menampilkan gambar grafik
Gambar grafik yang menonjolakan keberadaan CSF serta
kempuan untuk melihat dari sudut pandang yang lain
·
Kemampuan untuk menampilkan kunci
permasalahan :
Titik yang menonjolkan kunci permasalahan yang
timbul atau sebaliknya menonjolkan hal yang telah di capai
·
Kemampuan untuk memilih dan menampilkan
salah satu CSF :
Menggambarkan apa saja, siapa, dan bagaimana sebuah
CSF telah dapat dicapai secara detil.
·
Kemampuan untuk menampilkan garis besar
keuangan :
Tampilan garis besar keuangan serta perbandingannya
dengan bermacam faktor dan rasio lain
·
Kemampuan untuk melihat dan mengubah
perencanaan strategis :
Memonitor keberadaan organisasi dibandingkan dengan
perencanaan strategis yang telah dibuat dan fasilitas untuk mengubahnya bila
diperlukan.
BAB
II
STUDY
KASUS
PADA
PT COCA COLA AMATIL INDONESIA DAN PIZZA HUT
1.
Profil
PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
PT Coca Cola
Amatil Indonesia (CCAI) merupakan salah satu produsen minuman ringan terkemuka
di Indonesia. CCAI merupakan bagian dari Coca Cola Amatil Ltd yang juga
membawahi Papua Nugini selain Indonesia sendiri. CCAI adalah produsen dan
distributor sekaligus pemasar dan penjual produk Coca Cola melalui lebih dari 120
pusat penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. CCAI memastikan bahwa
produk Coca Cola selalu tersedia di mana saja dan kapan saja. Produk lini CCAI
terbagi menjadi beberapa kategori seperti juice, beverages, water, vitamin
water, isotonik, tea, dan dairy milk. Produk yang ditawarkan CCAI selain Coca
Cola, Fanta, dan Sprite adalah Frestea, Minute Maid, Aquarius, Powerade, Ades,
dan Schweppes, termasuk restoran cepat saji A&W.
Sumber: website PT Coca Cola Amatil Indonesia
(http://coca-colaamatil.co.id/)
Gambar 1. Portofolio Produk dan Merek dari CCAI
Saluran penjualan yang digunakan oleh CCAI adalah melalui foodstores
(supermarket dan mini market di seluruh Indonesia), general trader (outlet
tradisional), dan melalui distributor tidak langsung berbasis Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), serta bekerja sama dengan berbagai hotel, restoran, dan kafe
ternama untuk memberikan penawaran menarik kepada para konsumen. Sebagai bagian
dari fungsi pemasaran, CCAI juga memiliki program untuk mendukung penjualan dan
promosi produk sekaligus untuk memelihara kepuasan dan loyalitas konsumen.
Strategi pemasaran Coca Cola mempunyai ciri khas tersendiri yang unik dan
kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event dan tren yang
sedang berlangsung, baik melalui promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan,
konser, pameran, maupun iklan di berbagai media.
CCAI berhasil meningkatkan volume penjualannya sebesar 10%.
Hal ini dinilai cukup baik ditengah persaingan minuman non-alkohol yang cukup
ketat dan adanya perubahan preferensi atas minuman non-soda. Pencapaian ini
berkat penetrasi pasar minuman yang relatif baru dan berhasil seperti Minute
Maid dan Powerade serta kenaikan penjualan Ades yang cukup signifikan dengan
dukungan riset pasar berbasis data yang dilakukan oleh CCAI.
Kebutuhan dan Permasalahan Perusahaan
Salah satu strategi CCAI di tahun 2014 ini adalah melakukan penetrasi
pasar terutama untuk produk sparkling yang mana pangsa pasar untuk produk ini
sudah mulai tergerus oleh kompetitor. Data tahun 2014 menunjukkan pangsa pasar
seluruh produk kategori CCAI terhadap produk kompetitior untuk segment
foodstore dan modern trade dengan produk sparkling masih memperoleh pangsa
pasar terbesar yaitu 91%.
Tabel 3. Pangsa
Pasar Produk CCAI terhadap Kompetitor Q1 2014
Sub Kategori Rank
Share (ytd) Change vs LY Growth (ytd) Total Growth (ytd)
Sparkling 1 91%
-2% -73% -72%
Tea 1 32% -6% -71%
-65%
Isotonic 8 0% 0%
-79% -73%
Juice 1 56% -2%
-79% -78%
TOTAL 1 51% -3%
-75% -73%
sumber: Bagian Pemasaran
Namun apabila melihat pangsa pasar produk sparkling secara keseluruhan,
CCAI hanya memperoleh 64,5% setelah mengalami penurunan pada tahun 2013 hingga
mencapai nilai 50%. Hal ini yang memicu manajemen untuk melakukan aksi reaktif
dengan melakukan penetrasi pasar menggunakan strategi pemasaran yang efektif
sehingga dapat menaikkan pangsa pasar terutama produk sparkling karena produk
tersebut merupakan salah satu kontributor paling besar terhadap keuntungan
perusahaan. Penetrasi pasar yang efektif harus didukung dengan kemampuan analisis
perilaku konsumen sehingga target pertumbuhan penjualan sebesar 15% dan
peningkatan pangsa pasar untuk produk sparkling sebesar 80% pada tahun 2014
dapat dicapai.
Gambar 2. Pangsa Pasar Produk Sparkling terhadap Kompetitor 2012-2014
Salah satu strategi yang dilakukan CCAI dalam meningkatkan penetrasi pasar
adalah pemanfaatan business intelligence sebagai alat bantu dalam analisis
perilaku konsumen khusunya dalam hal identifikasi produk yang akan dibeli
pelanggan secara bersamaan. Pemanfaatan business intelligenece sebagai alat
bantu untuk meningkatkan penetrasi pasar dalam rangka mendukung pencapain
target pertumbuhan penjualan sebesar 15% di tahun 2013 inilah yang menarik
untuk dibahas dalam makalah ini.
2.
Profil Perusahaan Pizza Hut
Pizza Hut merupakan salah satu perusahaan waralaba yang berdiri pada tahun
1958, dan dinobatkan sebagai “The Best Company to Work For” di Dallas by D
magazine (Januari 2000) serta merupakan perusahaan nomor satu dalam rantai
distribusi pizza di Amerika menurut Restaurant & Institutions “2001 Choice
in Chains” survey. Pizza Hut dikenal seagai pemimpin pasar dengan penjualan $25
milyar pizza category semenjak tahun 1971. Pizza Hut adalah restoran berantai
dan waralaba makanan internasional yang mengkhususkan dalam pizza.
Dari sebuah kedai pizza kecil dan sederhana, Pizza Hut tumbuh menjadi
jaringan restoran pizza terbesar di dunia dengan lebih dari 5.600 restoran di
97 negara.
Di Indonesia, Pizza Hut membuka restoran pertamanya tahun 1984 di Gedung
Djakarta Theatre, daerah Thamrin, Jakarta. Tahun 2000, restoran Pizza Hut
pertama ini dipindahkan ke Gedung Cakrawala di area yang sama, hingga sekarang.
Kini, Pizza Hut mempunyai lebih dari 200 restoran yang tersebar di 22 propinsi
di Indonesia, dari Aceh hingga Abepura.
Ø Nilai-nilai Organisasi Pizza Hut
Pizza Hut Indonesia menjadikan 4 nilai berikut sebagai dasar dalam
menjalankan organisasi, juga dalam membangun relasi dengan pelanggan, mitra
usaha dan pemegang saham.
1.
Integritas
Kita jujur dalam
berpikir dan bekerja, dapat dipercaya, tulus dan bersikap profesional saat
berhubungan dengan rekan kerja, pelanggan dan para supplier.
2.
Keunggulan
Kita melakukan
pekerjaan yang lebih dari sekedar panggilan tugas, melakukan lebih dari apa
yang diharapkan orang lain. Kita terus berjuang untuk perbaikan dan teliti
dalam segala hal. Jalankan tugas dengan rela dan hadapi segala tantangan yang
ada untuk mencapai standar yang tertinggi.
3.
PertumbuhanUsaha
Kita akan
mengembangkan diri dan memperoleh keuntungan dengan cara menjadi ‘Casual Dining Restaurant’ yang terbaik.
Kita berjuang untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, berbagi
keterampilan dan belajar bersama dengan rekan kerja kita, sehingga kita
berkembang bersama, baik secara individu maupun organisasi.
4.
Keuntungan
Kami selalu
berusaha sedapat mungkin memberikan keuntungan kepada para pemegang saham
dengan pengawasan dan peningkatan usaha penjualan.
Ø Visi dan Misi PIZZA HUT
-
Visi
Menjadikan
Perusahaan berkembang dengan kerja keras, kerja sama antar karyawan.
-
Misi
•
Semangat dalam bekerja
agar mendapatkan hasil yang memuaskan
•
Melayani customer
dengan baik
•
Menerima Kritik dari
customer agar perusahaan dapat menjadi lebih baik
•
Openmain terhadap
segala hal
Ø Struktur Organisasi
•
Manager Area
•
Manager Training
•
Manager Outlet
•
Shift Leader
Ø Hasil kegiatan
Dari pemaparan informaasi singkat diatas maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan PIZZA HUT telah menggunakan atau mengaplikasikan Sistem Informasi
Manajemen dengan begitu jelas sehingga dapat membuat perusahaan ini berkembang
begitu pesatnya di berbagai pelosok negara. Oleh karena itu, akan lebih
jelasnya perusahaan PIZAA Hut ni di paparkan dengan salah satu Evaluasi SIM
sebagai berikut:
Value Chain Assesment
Value chain menggambarkan kegiatan-kegiatan yang mengambil tempat dalam
bisnis dan berhubungan mereka untuk analisis kekuatan kompetitif bisnis.
Michael Porter menyarankan bahwa kegiatan bisnis dapat dikelompokkan dalam dua:
•
Primer: mereka yang
secara langsung berkaitan dengan menciptakan dan memberikan produk (perakitan
komponen misalnya),
•
Sekunder: yang sementara
mereka tidak secara langsung terlibat dalam produksi, dapat meningkatkan
efektivitas atau efisiensi (misalnya manajemen sumber daya manusia). Hal ini
jarang terjadi untuk sebuah bisnis untuk melakukan semua kegiatan utama dan
pendukung.
Value Chain Assesment adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi
kegiatan yang terbaik dilakukan oleh bisnis dan yang terbaik diberikan oleh
orang lain. Menghubungkan Analisis Rantai Nilai untuk Keunggulan Kompetitif.
Apa yang menjadi aktifitas melakukan bisnis secara langsung terkait untuk
mencapai keunggulan kompetitif. Sebagai contoh, sebuah bisnis yang ingin
mengungguli kompetitornya melalui membedakan dirinya melalui kualitas yang
lebih tinggi harus melakukan kegiatan rantai nilai yang lebih baik daripada oposisi.
Sebaliknya, strategi yang didasarkan pada mencari kepemimpinan biaya akan
memerlukan pengurangan biaya yang terkait dengan kegiatan rantai nilai, atau
penurunan dalam jumlah total sumber daya yang akan digunakan. Dapat di lihat
pada gambar berikut di bawah ini terkait Value Chain Assesment.
Di Pizza Hut mempunyai banyak fasilitas yang berbeda di setiap cabangnya
yaitu banyaknya meja makan, ukuran tempat atau gedung Pizza Hut tetapi dalam
penyajian itu mengutamakan kesamaan rasa dan ke lezatan yang sama dari pusatnya
maka ada standar taste. Fasilitas yang utama pada saat ini yaitu sistem order
atau pesan makanan melalui hotline khsusus dan akan diantar ke rumah. Sebagai
tempat makan yang besar atau dapat juga disebut restorant besar maka Pizza Hut
banyak sekali costumer yang datang untuk makan disini, apabila semua tempat
penuh maka costumer harus mengisi waiting list dan ini sangat membuang - buang
waktu costumer sehingga harus menunggu tempat yang kosong dan harus menahan
lapar dengan posisi berdiri.
Dalam rangka menghadapi kondisi pasar dan persaingan yang selalu dinamis,
Pizza Hut menerapkan informasi sistem yang dapat menunjang daya saing,
diantaranya berinvestasi pada sistem Point of Sale dan operasi toko secara
otomatis serta membuka toko secara on line (www.pizzahut.com) di jaringan
internet. Sistem informasi ini dapat digunakan sebagai senjata untuk menjangkau
konsumen dimana saja berada, sesuai dengan slogannya yaitu “to be wherever our
customer are”, yang pada nantinya tentu saja dapat meningkatkan penerimaan
perusahaan.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.
Penerapan
DSS PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan analisis perilaku
konsumen adalah Market Based Analysis dimana mekanismenya harus didahului oleh
analisis yang mendalam mengenai data transaksi pelanggan dengan menggunakan
konsep data mining. Penggunaan data mining ini diharapkan dapat membantu
mempercepat proses pengambilan keputusan bagi manajemen dan memungkinkan
perusahaan untuk mengelola informasi yang terkandung di dalam transaksi menjadi
sebuah knowledge. Dengan begitu, pendapatan perusahaan dapat meningkat dan di
masa yang akan datang perusahaan dapat lebih kompetitif.
Saat ini CCAI memiliki sistem yang sudah terintegrasi berupa Enterprise
Resource Planning (ERP) yang menunjang seluruh proses bisnis yang ada, namun
belum maksimal digunakan sebagai referensi bagi penetapan strategi pemasaran
perusahaan. Oleh karena itu, peran DSS sangat dibutuhkan untuk menggali dan
melakukan analisis perilaku konsumen terhadap pembelian suatu produk melalui
data historikal transaksi pelanggan selama dua tahun. Kriteria atau
parameter-parameter yang digunakan dalam membantu pengambilan keputusan
digambarkan seperti model berikut:
Gambar 3. Diagram Model Kriteria Pengambilan Keputusan
Berdasarkan model yang terdapat pada Gambar 3 datas, CCAI menjadikan
beberapa parameter dalam pengambilan keputusan antara lain, ranking (peringkat)
berdasarkan revenue yang diperoleh di setiap wilayah, penetrasi pasar, basket
index untuk mengetahui persentase pembelian produk CCAI, market share produk
CCAI dibandingkan dengan produk perusahaan lain, jumlah penjualan produk, dan
nilai penjualan ritel setiap bulan untuk peningkatan penjualannya.
Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder berupa deret waktu
(time series) dengan periode dua tahun terkahir. Jenis sumber data berasal dari
data eksternal perusahaan yang didapatkan melalui kerjasama antara CCAI dengan
masing-masing outlet melalui trading term yang telah disepakati kedua belah
pihak. Untuk saat ini CCAI telah bekerjasama dengan outlet seperti Matahari,
Carefour, Giant, dan Indomart. Melalui proses training didapatkan akurasi data
mendekati 98% sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk membantu
proses pengambilan keputusan khususnya untuk mendukung strategi pemasaran.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penerapan aplikasi DSS ini digunakan
untuk mendukung strategi pemasaran dalam melakukan penetrasi pasar sehingga
diharapkan perusahaan mampu mengembangkan sebuah sistem customer profiles.
Harapannya perusahaan mampu membuat dan melakukan promosi yang efektif
berdasarkan segmen pasar yang sesuai sehingga target penjualan akan mudah
tercapai dan tidak kalah bersaing dengan kompetitor.
Dengan informasi tambahan yang akan dikumpulkan seperti salah satunya
demografi pelanggan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Adanya DSS ini tidak hanya memberikan informasi yang dibutuhkan dalam mendukung
strategi pemasaran namun juga memberikan rekomendasi penentuan model strategi
pemasaran yang sesuai dengan kondisi pasar. Meskipun demikian, proses
pengambilan keputusan tetap dilakukan oleh manajemen CCAI dengan tetap
memperhatikan rekomendasi yang diberikan DSS sehingga tercipta strategi
pemasaran yang efektif dan efisien. Berikut contoh hasil keluaran dari aplikasi
DSS Marketing Support System CCAI.
Gambar
4. Hasil Keluaran Aplikasi DSS Marketing Support System CCAI
Tampilan hasil keluaran aplikasi DSS Marketing Support System CCAI di
atas, dapat diketahui bahwa total penjualan (revenue retailer) yang didapatkan
setiap bulan sesuai dengan harga per unitnya. Pada awal semester dua, total
penjualan CCAI mengalami peningkatan dari pertumbuhan penjualan retailer.
Berdasarkan pengamatan kami, data mining yang dilakukan oleh MMSS masih
berkisar kepada informasi mengenai produk CCAI dan produk pesaing (jumlah
penjualan, market share, perbandingan relatif dengan kompetitor dan sejenisnya)
namun belum sampai kepada profil demografi konsumen. Informasi profil demografi
ini (seperti misalnya usia pembeli produk CCAI, estimasi pendapatan pembeli
produk) sangat penting terutama dalam penentuan strategi pemasaran. Misalnya,
CCAI dapat menentukan bintang iklan dan jenis iklan serta promosi yang sesuai
dengan karakteristik konsumen CCAI dengan data mining mengenai profil usia
pembeli.
Informasi mengenai estimasi pendapatan konsumen produk juga dapat membantu
CCAI dalam melakukan analisis pola konsumsi konsumen. Di samping itu, informasi
tersebut dapat digunakan untuk penentuan diversifikasi produk (contoh produk
minuman dengan kemasan yang lebih kecil) dan menganalisis sensitivitas harga
terhadap kuantitas penjualan, terutama apabila ternyata produk CCAI banyak
dikonsumsi atau ditargetkan untuk konsumsi individu maupun kelompok individiu
dengan pendapatan menengah ke bawah.
Profil konsumen ini dapat diperoleh melalui informasi yang ditangkap oleh
distributor, seperti program loyalitas pelanggan untuk Hypermart yang berada di
dalam Matahari Grup dengan adanya Matahari Club Card (MCC). Informasi mengenai
profil konsumen dan barang yang dibeli kemudian dianalisis untuk mendapatkan
korelasi pola konsumsi dan profil demografi pelanggan berdasarkan data input
MCC.
Peranan teknologi informasi memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, seperti
mampu meringankan aktivitas bisnis yang kompleks serta menghasilkan informasi
yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji
dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen.
Selain itu, efisiensi kegiatan operasional perusahaan dan kinerja perusahaan
juga dapat ditingkatkan. Akibatnya perusahaan dapat tetap bertahan dalam era
informasi serta mampu menghadapi persaingan pasar global. Beberapa keuntungan
lain yang diperoleh dari penerapan DSS bagi proses bisnis di CCAI sebagai
berikut.
1. Mengoptimalkan
penentuan tata letak penempatan kulkas di outlet.
Perusahaan melakukan investasi
miliaran rupiah di kulkas (Cold Drink Equipment) tentunya mengharapkan adanya
return yang sepadan atau melebihi nilai investasi tersebut. Optimalisasi
penempatan kulkas sudah selayaknya dilakukan agar mudah dijangkau oleh
konsumen.
2. Membantu
perusahaan dalam melakukan forecasting.
Proses forecasting pasti memerlukan
indikator yang lain seperti tren penjualaan perusahaan dan faktor eksernal
seperti tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan terkait penggunaan DSS di
CCAI, pentingnya peranan DSS di CCAI adalah memberikan kemudahan dalam
memproses data atau informasi bagi manajemen CCAI khususnya marketing dan
research and development (R&D). Selain itu, DSS membantu dalam penghematan
waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, menghasilkan solusi dengan
lebih cepat dan hasilnya dapat diandalkan dengan data yang tersedia, serta
mampu menyajikan berbagai alternatif. Kemampuan DSS ini dapat dimanfaatkan
untuk menyediakan bukti tambahan sebagai penjelasan dalam memperkuat posisi
manajemen terhadap penentuan strategi marketing dan produk CCAI di pasar.
Penerapan DSS yang dilakukan di CCAI pun dapat meningkatkan produktivitas dan
kontrol implementasi dari manajemen.
Potensi resiko aplikasi DSS ini terjadi apabila perusahaan sulit
mendapatkan data eksternal dari outlet karena data merupakan komponen utama dan
vital dalam pemanfaatan DSS ini. Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan
kerjasama dengan outlet seperti membagi hasil pengolahan data sehingga outlet
dapat merasakan manfaat yang sama.
2.
Penerapan
ESS pada PIZZA HUT
Pizza Hut ESS
dibangun melalui Pizza Hut Field Management System, untuk operational
masing-masing outlet menyangkut bussiness forecasting inventory management dan
human resource management yang tersambung secara otomatis dengan Head Quarter.
System ini memungkinkan mampu menyajikan gambaran operasional dari masing-masing
outlet; melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak; menyajikan tampilan yang
akrab di pengguna; sesuai dengan tepat waktu dan efektif; menyajikan
penelusuran dan pengendalian yang tepat waktu dan efektif; menyajikan akses
cepat atas informasi rinci dengan teks, angka, atau grafik; mengidentifikasi
masalah, serta menyaring, mengkompres, dan melacak data dan informasi kritikal.
Karakteristik
utama yang dimiliki ESS adalah kemampuan melihat rician, menginformasikan
faktor keberhasilan kritikal (critical success factors), akses status,
analisis, pelaporan eksepsi (Exception reporting), penggunaan warna, navigasi
informasi dan komunikasi.
Satu kemampuan
utama ESS adalah kemampuan menyajikan data rinci atas informasi ringkas. Dalam
hal ini, eksekutif Pizza Hut dapat memantau kemajuan kinerja dan performance
untuk masing-masing outlet/karyawan dari waktu ke waktu bahkan sampai ke detail
proyek yang sedang dikerjakan. Kemudian jika terjadi suatu hal yang potensi
masalah maka dapat langsung diantisipasi dan dapat dicari penyebabnya. Dengan
ESS, para eksekutif Pizza Hut juga dapat melihat peta jalur distribusi bahan
baku sampai ke lokasi, dan faktor penghambat dapat segera diidentifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar