BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kegiatan lobby sebenarnya adalah
kegiatan sehari-hari yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Selama
manusia itu melakukan proses komunikasi dengan orang lain, maka disitulah
kegiatan lobby itu terjadi dan kadangkala kita juga melakukan tanpa kita
sadari.
Manusia diciptakan dengan berbagai
bangsa, adat, dan jenis serta berbagai macam karakter dengan kecerdasan dan
ketajaman pikiran yang berbeda. Sebagian manusia sangat cerdas, berdisiplin,
jujur, sabar, dan bertanggung jawab, namun sebagian lagi ada yang kurang
cerdas, emosional atau cepat marah, suka berbohong, dan tidak bertanggung
jawab. Kondisi kodrat yang seperti itu merupakan salah satu sumber penyebab mengapa
tidak semua persoalan mendapat tanggapan yang sama dan penyelesaiannya pun juga
berbeda. Dalam lingkungan kehidupan organisasi kemasyarakatan, baik sosial,
ekonomi maupun politik, upaya untuk mencapai sasaran dengan menggunakan
kekerasan atau berdasarkan kekuatan otot belaka sudah bukan zamannya lagi.
Bahkan dalam menyelesaikan suatu
perbedaan atau pertentangan maupun perbedaan kepentingan diperlukan dialog dan
musyawarah melalui lobi dan negosiasi, meskipun adakalanya berlangsung alot dan
membutuhkan waktu yang relatif lama. Dewasa ini upaya melobi bukan lagi
monopoli dunia politik dan diplomasi, tetapi juga banyak dilakukan para pelaku
bisnis, selebritis dan pihak-pihak lainnya. Biasanya lobi-lobi dilakukan
sebagai pendekatan dalam rangka merancang sesuatu perundingan. Apabila lobi
berjalan mulus diyakini akan menghasilkan perundingan yang sukses.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Lobby
Istilah lobbying atau kemudian menjadi
“Lobi” dalam bahasa Indonesia sering dikaitkan dengan kegiatan politik dan
bisnis. Perkembangan dewasa ini Lobi-melobi tampaknya tidak terbatas pada
kegiatan tersebut namun mulai dirasakan oleh manajer organisasi untuk menunjang
kegiatan manajerialnya baik sebagai lembaga birokrat maupun lembaga usaha
khususnya dalam pemberian pelayanan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
melobi ialah melakukan pendekatan secara tidak resmi, sedangkan pelobian adalah
bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu atau kelompok untuk
menghubungi para pejabat pemerintah atau pimpinan politik dengan tujuan
mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat menguntungkan sejumlah orang.
Pelaksanaan lobi menggunakan pendekatan
komunikasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Aktivitas komunikasi dapat
dilakukan oleh individu, kelompok, maupun organisasi (profit atau non profit),
maupun lembaga pemerintahan. Sedangkan media komunikasi yang dapat digunakan
adalah dalam bentuk cetak, elektonik, media luar ruang, budaya, dan sebagainya,
yang melalui media tersebut, dapat menggunakan bahasa verbal maupun non verbal.
Lobi adalah aktivitas komunikasi yang
dilakukan individu ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan
organisasi lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi
dan pemerintahan sehingga dapat memberikan keuntungan untuk diri sendiri
ataupun organisasi dan perusahaan pelobi.
B.
Tujuan
Dan Manfaat Lobi
1. Tujuan
Lobby
Tujuan melobi adalah aktivitas
(komunikasi) yang dilakukan untuk mempengaruhi (meyakinkan) orang atau pihak
lain, sehingga orang atau pihak lain itu sependapat dan seagenda dengan kita.
2. Manfaat
melobi
·
Mempengaruhi pengambil keputusan agar
keputusannya tidak merugikan para pelobi dari organisasi atau lembaga bisnis
·
Lobi juga berfungsi untuk menafsirkan
opini pejabat pemerintah yang kemudian diterjemahkan dalam kebijakan perusahaan
·
Memprediksi apa yang akan terjadi secara
hukum dan memberirekomendasi pada perusahaan agar dapat menyesuaikan diri
dengan ketentuan baru dan memanfaatkan ketentuan baru tersebut
·
Menyampaikan informasi tentang bagaimana
sesuatu kesatuan dirasakan oleh perusahaan, organisasi atau kelompok masyarakat
tertentu
·
Meyakinkan para pembuat keputusan bahwa
pelaksanaan peraturan membutuhkan waktu untuk perizinan.
C.
Kemampuan
Dasar Lobi
Secara teknis pada dasarnya ada 6
kemampuan dasar yang perlu dimiliki supaya sukses melakukan lobi, antara lain :
•
Kemampuan membaca teks dan konteks.
•
Kemampuan menulis.
•
Kemampuan berbahasa (termasuk didalamnya
kemampuan berargumen dan mengartikulasikan pendapat dengan baik).
•
Kemampuan mempresentasikan pendapat, dan
gagasan.
•
Kemampuan mendengarkan.
•
Kemampuan berkomunikasi (gesture, bahasa
tubuh, berpakaian, diksi dan sebagainya)
D.
Karakteristik
Lobbying
•
Bersifat tidak resmi atau informal dapat
dilakukan diluar forum atau perundingan yang secara resmi disepakati.
•
Bentuk dapat beragam dapat berupa
obrolan yang dimulai dengan tegursapa, atau dengan surat.
•
Waktu dan tempat dapat kapan dan dimana
saja sebatas dalam kondisi wajar atau suasana memungkinkan. Waktu yang dipilih
atau dipergunakan dapat mendukung dan menciptakan suasan yang menyenangkan,
sehingga orang dapat bersikap rileks.
•
Pelaku atau aktor atau pihak yang
melakukan lobbying dapat beragam dan siapa saja yakni pihak yang berkepentinga,
dan dapat pihak eksekutif atau pemerintahan, pihak legislatif, kalangan bisnis,
aktifis LSM, tokoh masyarakat atau ormas, atau pihak lain yang terkait pada
objek lobby.
•
Bila dibutuhkan dapat melibatkan pihak
ketiga untuk perantara.
•
Arah pendekatan dapat bersifat satu arah
pihak yang melobi harus aktif mendekati pihak yang dilobi. Pelobi diharapkan
tidak bersikap pasif atau menunggu pihak lain sehingga terkesan kurang
perhatian.
E.
Mengidentifikasi
Materi Lobi
•
Kita perlu melakukan lobi dan negosiasi
karena tentu ada hal yang mau dilobikan, dinegosiasikan dan ingin didengarkan.
•
Sebelum kita melakukan lobi dan
negosiasi kita harus mengetahui secara persis (pesan) apa yang mau kita
sampaikan.
•
Kita harus merumuskan secara ketat dan
jelas apakah sikapnya saja yang mau kita ubah, perilakunya, kepentingannya,
pola pikirnya, nilainya atau bahkan ideologinya.
•
Kita juga harus merumuskan secara jelas
posisioning kita (ideologi, nilai, pola pikir, kepentingan, sikap dan
perilaku).
•
Kita meyakinkan orang atau pihak lain
supaya setuju, netral atau berlawanan dengan kita.
F.
Hambatan
Proses Lobi
Dalam pelaksanaan Lobi seringkali tidak
semua pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik. Hal ini disebabkan oleh
adanya faktor penghambat antara pengirim dan penerima pesan. Faktor yang harus
diketahui adalah:
•
Masalah dalam mengembangkan pesan
dikarenakan munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan
situasi yang ada atau dengan orang yang akan menerima. Juga adanya pertentangan
emosi, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.
•Masalah
dalam menyampaikan pesan.
•
Masalah dalam menerima pesan dapat
terdeteksi seperti persaingan antara penglihatan dengan pendengaran atau suara,
suasana yang tidak nyaman, lampu yang mengganggu, konsentrasi yang tidak
terpusat
•
Masalah dalam menafsirkan pesan
dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang, penafsiran kata dan perbedaan reaksi
emosional.
G.
Strategi
Dan Tekhnik Melobi
1. Strategi
Melobi
·
Kenali objek yang dituju, sehingga
mengetahui seluk- beluk objek yang akan dituju.
·
Persiapan informasi, bahan apa yang akan
disampaikan harus dipersiapkan dengan lengkap.
·
Persiapan diri, segala sesuatu harus
dipersiapkan baik mental dan kepercayaan diri agar tidak gugup ketika melakukan
lobi.
·
Berupaya menarik perhatian pendengar,
ketika mengirim pesan sehingga mereka menyimak dengan baik pesan yang diterima.
·
Sajikan pengiriman pesan itu dengan
jelas, agar dapatditerima dengan jelas dan dipahami.
·
Tutup pembicaraan dan lobi dengan
memberi kesan yang menyenangkan dan bila ada kelanjutan mereka tetap antusias.
2. Teknik
Melobi
Dengan
teknik pendekatan melobi akan dapat ditunjukkan konsentrasinya sehingga menjadi
karakteristik yang konsisten. Macam-macam pendekatan di dalam tehknik lobi
(Panuju,2010 ; 32) yaitu:
·
Pendekatan Brainstorming
Pendekatan ini menitik beratkan pada
asumsi bahwa citra diri tentang diri sendiri dan orang lain diperoleh melalui
proses komunikasi yang intensif. Apa yang dibutuhkan, apa yang dikehendaki, apa
yang disukai, dan sebagainya muncul akibat interaksi komunikasi. Demikian juga
dengan kebutuhan, muncul setelah terjadi pertukaran buah pikiran. Kesadaran
adalah hasil dari kesimpulan yang substantif atas informasi yang menerpa terus
menerus. Pendekatan ini biasanya digunakan ketika seseorang pelobi belum
membawa maksud dan tujuan kecuali menjajaki segala kemungkinan. Lobi jenis ini
bersifat eksploratif, sedang pada tahap mencari peluang.
·
Pendekatan Pengondisian
Berangkat dari asumsi teoritik
conditioning, bahwa selera, sikap, pikiran, preferensi, dan sebagainya dapat
dibentuk melalui kebiasaan. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya melobi
untuk membangun kebiasaan baru. Misalnya, yang semula belum ada kemudian
diadakan sebagai wahana komunikasi. Pertemuan antara kedua pihak dilakukan
untuk melancarkan komunikasi persuasif yang bertujuan mempengaruhi pihak lain
secara perlahan, dilakukan tahap demi tahap sampai pihak lain tidak menyadari
dirinya telah berubah. Pendekatan ini membutuhkan kesabaran dan kontinuitas.
·
Pendetakan Networking
Berangkat dari asumsi bahwa seseorang
bertindak seringkali dipengaruhi oleh lingkungannya. Karena itu memahami siapa
orang dekat disamping siapa menjadi penting. Lobi dalam konteks ini tujuannya
mencari relasi sebanyak-banyaknya terlebih dahulu, dan bukan berorientasi pada
hasilnya. Bila networking sudah terjalin dengan baik, satu sama lain sudah
terikat oleh nilai-nilai tertentu, barulah lobi dengan tujuan tertentu
dilaksanakan.
·
Pendekatan Transaksional
Berdasar pada pandangan bahwa apapun
yang dikorbankan harus ada hasilnya, apapun yang dikeluarkan harus kembali,
apapun yang dikerjakan ada ganjarannya. Maka apapun konsekuensi yang mengikuti
kegiatan lobi diperhitungkan sebagai investasi. Asusmsi pada pendekatan ini
adalah bahwa transaksi merupakan sebuah mekanisme jika memberi maka harus
menerima.
·
Pendekatan Institution Building
Pendekatan melembagakan tujuan gagasan
merupakan alternatif yang dapat digunakan disaat sebagian besar orang
resistensi terhadap suatu gagasan perubahan. Ketika sekelompok orang bersikap
menerima suatu keputusan, maka sebagian besar lainnya akan ikut menerima
keputusan tersebut.
·
Pendekatan Cognitive Problem
Pendekatan ini sebelum sampai pada
tujuannya harus melalui beberapa proses, dimulai dengan membangun pemahaman
terhadap suatu masalah pada pihak yang dituju, dan mempengaruhi pihak tersebut
untuk mengambil keputusan. Pendekatan ini menitikberatkan pada terbentuknya
keyakinan, semakin mampu meyakinkan, semakin menemukan sasaran.
·
Pendekatan Five Breaking
Pendekatan ini banyak digunakan oleh
praktisi humas untuk mengalihkan perhatian pada isu yang merugikan dengan
menciptakan isu lain. Agar pendekatan ini efektif dan tidak memicu terbentuknya
isu lain dengan kecenderungan kearah yang lebih negatif, maka harus dilakukan
dengan cara yang lebih halus, dan bukan bergerak berlawanan arah dengan isu
utama yang timbul. Namun apabila demikian, maka akan timbul reaksi penolakan
dan perlawanan yang lebih besar.
·
Pendekatan Manipulasi Power
Dalam propaganda dikenal adanya istilah
“transfer device”, yaitu cara mempengaruhi orang dengan menghadirkan simbol
kekuatan tertentu. Melakukan pendekatan ini harus dipastikan adanya pembuktian
untuk menghindari kesan negatif dan hilangnya kepercayaan.
·
Pendekatan Cost and Benefit
Pendekatan ini dilakukan ketika orang
lain menganggap harga yang ditawarkan terlalu tinggi, sementara pihak pelobi
tidak mungkin menurunkan angka yang telah ditetapkan. Dibandingkan menunjukkan
sikap pertahanan, akan lebih efektif apabila meyakinkan pihak lain dengan
menyatakan bahwa angka tersebut adalah sesuai dengan pertimbangan memiliki
banyak kelebihan.
·
· Pendekatan Futuristik atau Antisipatif
Pendekatan ini dilakukan manakala
mengetahui bahwa klien belum memiliki kebutuhan saat ini, maka harus diberi
gambaran beberapa tahun ke depan yang harus diantisipasi.
STUDY KASUS LOBBY
Lobi
memiliki beberapa karakteristik yaitu bersifat informal dalam berbagai bentuk, pelakunya
juga beragam, dapat melibatkan pihak ketiga sebagai perantara, tempat dan waktu
fleksibel dengan pendekatan satu arah oleh pelobi. Ada beberapa cara untuk
melakukan lobi baik yang legal maupun ilegal, secara terbuka maupun
tertutup/rahasia, secara langsung ataupun tidak langsung.
Sebagai
contoh: upaya penyuapan dapat dikategorikan sebagai lobi secara langsung,
tertutup dan ilegal. Lobi semacam ini jelas melanggar hukum, namun karena
bersifat tertutup/rahasia, agak sulit untuk membuktikannya (contoh: kasus-kasus
lobi pemenangan tender dengan pendekatan gula-gula/wanita, seperti yang sering
diberitakan diberbagai mass media).
Beberapa
kasus pertentangan yang dimulai dari perbedaan kepentingan sampai pada
pertentangan politik tingkat lokal, nasional dan internasional dapat
diselesaikan melalui lobi atau negosiasi, baik secara kooperatif maupun
kompetitif diantaranya adalah:
Kasus Pilkada
Pada tahun 2000, sekitar bulan April di salah satu kabupaten di Pulau Sumatera
melangsungkan pesta demokrasi, yaitu pemilihan Bupati/Wakil Bupati daerah
setempat (belum pemilihan langsung). Lobi-lobi dan negosiasi antara para calon
dengan partai politik sebagai perahu tumpangan dan para anggota DPRD sebagai
pemilik suara (one man and one vote)
berlangsung dahsyat. Berbagai pendekatan dilakukan, mulai dari lobi-lobi ringan
dengan memberikan bingkisan lebaran kepada para anggota Dewan, sampai dengan
perundingan-perundingan yang berat, seperti: money politic yang bervariasi; one
man two hundred; one man one car; pilih kuda atau kijang (di teror atau
menerima hadiah mobil kijang). Bentuk/model pendekatan manapun yang dipakai
oleh para Tim Sukses dari masing-masing calon, semuanya kembali kepada
kemampuan berkomunikasi yang komunikabilitas. Hanya saja teknik yang digunakan
ada yang bersifat kooperatif dan ada pula yang kompetitif yaitu dengan
menghalalkan segala cara, pokoknya menang (terpilih menjadi Bupati/Wakil
Bupati). Pada akhirnya calon yang kurang efektif dalam lobi-melobi dan
bernegosiasi akan tersingkir, walaupun oleh masyarakat calon yang menang
bukanlah calon yang tepat dan tidak berbobot atau tidak pantas untuk memimpin
daerah. Tetapi kalau sudah terpilih oleh anggota Dewan Yang Terhormat (sekarang
pemilihan langsung) mau apa lagi, kalau yang terpilih berkualitas sampah,
kepemimpinannya juga seperti sampah.
Kasus-kasus
Pemberontakan Dalam Negeri Sepanjang sejarah telah beberapa kali terjadi
pemberontakan yang bertujuan ingin melepaskan diri dari NKRI dan merdeka
(mendirikan negara sendiri), seperti: RMS di Maluku; Permesta di Sulawesi
Utara; PRRI di Sumatera Barat; GAM di Aceh, dan OPM di Papua. Selain itu ada
pula pemberontakan yang bertujuan mengganti ideologi Pancasila (DI/TII dan
G.30.S/PKI).
Namun
mengapa perbedaan dan pertentangan yang melahirkan pemberontakan dapat terjadi,
jawabannya boleh jadi karena kegagalan lobi dan negosiasi. Walaupun peristiwa
pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dengan senjata dalam arti
penyelesaiannya menggunakan pendekatan menang-kalah (kompetitif).
Sebagai
contoh, bahwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM) setelah beberapa tahun dilakukan
penumpasan dengan angkat senjata oleh TNI/Polri namun tidak tuntas, kemudian
dilakukan lobi-lobi dan perundingan/negosiasi yang pada akhirnya menghasilkan
persetujuan yang saling menguntungkan (menang-menang) melalui suatu pendekatan
kooperatif.
Jadi, peran lobi sangat penting agar
tidak terjadi konflik berkepanjangan.
Agar lobi
berhasil, diperlukan pihak ketiga yang dapat dipercaya dan membantu untuk
menyelesaikan konflik yang telah terjadi. Pihak ketiga ini akan masuk kesalah
satu pihak dan mencoba melakukan pendekatan persuasif atau dengan cara
kekeluargaan agar diperoleh informasi yang akurat mengenai masalah yang menjadi
pertikaian. Pihak ketiga akan menawarkan solusi kreatif pada masing-masing
pihak. Jika solusi kreatif diterima oleh satu pihak, maka pihak lain juga harus
diberitahu agar dicapai kesesuaian solusi. Pihak ketiga bukan sebagai penengah,
tetapi sebagai penghubung dari pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga bertugas
untuk merumuskan permasalahan dan mencari solusi kreatif dalam rangka pemecahan
masalah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lobi adalah suatu upaya pendekatan yang
dilakukan untuk mempengaruhi dengan tujuan kepentingan tertentu. Lobi adalah
pendekatan awal yang menjurus ke suatu tujuan yang menguntungkan, baik satu
ataupun kedua belah pihak. Kegiatan lobi tidak hanya diperlukan oleh individu
untuk memperoleh apa yang menguntungkan dari pihak lain, tetapi juga diperlukan
bagi kepentingan suatu organisasi. Dalam kondisi ini lobi adalah proses
penyampaian argumentasi–argumentasi yang bersifat mendukung posisi organisasi
kepada pejabat. Dalam sebuah bisnis, lobi merupakan permulaan dari sebuah
negosiasi. Tetapi dalam proses negosiasi, lobi sering digunakan untuk mengatasi
tahap-tahap negosiasi yang mengalami jalan buntu dan tidak menemukan kata
sepakat. Jika negosiasi sampai pada tahap ini, saat jeda bisa dimanfaatkan
negosiator untuk melakukan pendekatan-pendekatan ulang, agar menemukan titik
temu ke arah sepakat.
Selamat hari
BalasHapusApakah Anda memerlukan pinjaman mendesak untuk menyelesaikan kebutuhan finansial Anda, Kami Menawarkan Pinjaman mulai dari (($ 5.000,00 sampai $ 20.000.000,00)) Max, kami dapat diandalkan, efisien, cepat dan dinamis, dengan 100% Guaranteed Kami juga memberikan pinjaman dalam (Euro, Pounds Dan Dolar.) Tingkat suku bunga yang berlaku untuk semua pinjaman berada pada tingkat rendah jika Anda dapat tertarik untuk kembali kepada kami melalui (iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com)
DATA APLIKASI
1) Nama lengkap:
2) Negara:
3) Alamat:
4) Negara:
5) Jenis Kelamin:
6) Status perkawinan:
7) Pekerjaan:
8) Nomor Telepon:
9) Pendapatan bulanan:
10) Jumlah pinjaman:
11) Durasi Pinjaman:
12) Tujuan pinjaman:
13) Agama:
14) Umur:
Kesopanan
Ibu Iskanda Lestari, Chief Executive Officer,
Email: (iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com)
Tertanda
Pengelolaan.