DISTRIBUSI SAMPLING
Ada dua teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data statistik, dengan sensus (population research) atau survei (sample research). Sensus adalah pengumpulan data dimana setiap unit anggota populasi diteliti. Jadi dilakukan pencacahan lengkap. Sedangkan survei (sampling) adalah cara pengumpulan data yang hanya meneliti sebagian saja dari unit anggota populasi. Pencacahan dilakukan terhadap sampel yang terpilih.
POPULASI (UNIVERSE)
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang akan diteliti yang didefinisikan dengan jelas, dengan karakteristik dan kuantitas tertentu. Populasi bukan hanya orang, tetap juga benda-benda hidup maupun mati yang ada semesta. Populasi juga bukan hanya jumlah yang ada dalam obyek pengamatan, melainkan juga meliputi karakter/sifat yang ada pada obyek tersebut.
Misalnya akan dilakukan penelitian di SMA X, maka SMA X merupakan populasi. Sekolah tersebut mempunyai sejumlah orang, hal ini berarti SMA X merupakan populasi dalam arti jumlah. Tetapi SMA X juga mempunyai karakteristik tertentu pada orang-orangnya. Misalnya efektivitas mengajar guru-gurunya, kedisiplinan siswa maupun gurunya /obyek, gaya kepemimpinan kepala sekolahnya, dan lain sebagainya. Yang demikian merupakan populasi dalam arti karakteristik.
Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik. Misalnya, gaya bicara, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain Atau seorang siswa mempunyai catatan prestasi belajar dalam suatu mata pelajaran tertentu, dari semester I sampai VI. Catatan prestasi tersebut merupakan populasi.
Proses pengambilan data dari seluruh obyek pada populasi disebut Sensus atau penelitian populasi (population research). Penelitian yang demikian biasanya sangat kompleks dan membutuhkan waktu tenaga, dan biaya yang sangat besar. Disamping itu tidak dapat dilakukan pengamatan secara mendalam. Namun sensus mempunyai kelebihan, antara lain : dapat diketahui gambaran yang sebenarnya dari suatu populasi serta tidak mempunyai sampling error. Kelebihan dan Kekurangan Sensus :
1. KELEBIHAN : Dapat diketahui gambaran sebenarnya dari suatu populasi KEKURANGAN : Biaya, waktu dan tenaga yang dibutuhkan sangat besar
2. KELEBIHAN : Dapat diperoleh kerangka sampel (sample frame) yang berguna untuk survei KEKURANGAN : Kesalahan dari petugas (nonsampling error) sulit diperkirakan
3. KELEBIHAN : Tidak mempunyai sampling error (kesalahan karena pengambilan sampel) KEKURANGAN : Jenis data yang diperoleh terbatas dan sifatnya sederhana (tidak mendalam)
SAMPEL
Sampel merupakan sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi. Dengan kata lain sampel merupakan himpunan bagian dari populasi. Apa yang dipelajari dalam sampel, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Dengan kata lain sifat-sifat sampel dapat digeneralisasi untuk populasi.
Penelitian yang dilakukan terhadap sampel disebut penelitian sampel (sampel research) atau survei. Penelitian sampel dilakukan disebabkan adanya kendala, misalnya adanya populasi yang sangat kompleks sehingga sulit didefinisikan, adanya kendala biaya, waktu serta tenaga . Dengan alasan inilah, penelitian sampel sering digunakan. Disamping itu, penelitian sampel sering dipilih karena terhadap obyek yang kecil dapat dilakukan pengamatan yang lebih teliti dan mendalam. Tetapi penelitian sampel mempunyai kekurangan, antara lain : gambaran tentang poluasinya hanya merupakan taksiran, bukan nerupakan gambaran yang sebenarnya, dismping itu diperlukan kerangka sampel ( sample frame), dan sering kali metode pengambilan sampel tidak tepat, sehingga tidak dapat dihindarkan terjadinya kesalahan. Tabel 2.2. berikut menampilkan kelebihan dan kekurangan penelitian sampel. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Sampel (Survei):
1. KELEBIHAN : Biaya, waktu dan tenaga yang dibutuhkan jauh lebih sedikit KEKURANGAN : Gambaran tentang populasinya hanya merupakan taksiran
2. KELEBIHAN : Kesalahan dari sampling error dapat diukur KEKURANGAN : Memerlukan kerangka sampel
3. KELEBIHAN : Karakteristik/jenis data yang tercakup lebih banyak dan terinci KEKURANGAN : Metode pengambilan sampel tidak terlalu tepat
TEKNIK SAMPLING
Secara teoritis, hasil penelitian sampel dapat digeneralisasi untuk populasi sepanjang telah ditempuh prosedur yang benar. Salah satu prosedur yang harus dilakukan dalam penelitian sampel adalah teknik sampel , yakni kaidah-kaidah dalam menentukan besar sampel dan obyek yang menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel dalam suatu penelitian perlu menggunakan kaidah yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, atau secara lebih khusus secara statistik. Apabila salah dalam pengambilan sampel, maka ada kemungkinan hasil generalisasi atau penarikan kesimpulan untuk populasi menjadi tidak akurat. Sebagai contoh, pada tahun 2002 kita dikejutkan oleh penelitian di Yogyakarta yang menyatakan 90% mahasiswa Yogyakarta telah melakukan hubungan seksual . Setelah ditelusuri, ternyata peneliti dalam mengambil sambel ternyata tidak menggunakan teknik pengambilan sampel yang benar. Ia tidak obyektif dalam mengambil sampel. Pengambilan sampel diarahkan pada obyek yang mendukung hipotesisnya. Teknik Sampling meliputi dua hal yaitu teknik penentuan ukuran sampel dan teknik pengambilan sampel.
TEKNIK PENENTUAN UKURAN SAMPEL
Ukuran sampel adalah jumlah sampel minimal yang harus diambil dari populasi agar sampel representatif. Penentuan ukuran sampel tergantung pada populasinyaYakni dilihat dari homogenitas populasi dan besar populasi. Bila populasi sangat homogen dan ukurannya kecil, maka dapat diambil sampel dengan ukuran kecil. Sebaliknya bila populasi sangat heterogen atau ukurannya besar, maka diperlukan populasi dalam ukuran besar.
Para ahli mengemukakan bermacam-macam cara dalam menentukan ukuran sampel, yang berikut akan dipaparkan.
A. Pendapat Slovin
Menurut Slovin, jumlah minimal yang dapat diambil agar sampel representatif terhadap populasi.
Contoh :
Akan dilakukan penelitian tentang minat siswa SMA/MA/SMK di wilayah eks Karesidenan Pekalongan terhadap STAIN. Berdasarkan informasi, jumlah siswa SMA/MA/SMK di seluruh wilayah eks Karesidenan Pekalongan adalah 10.000. Agar penelitian tersebut menghemat biaya, waktu dan tenaga dilakukan penelitian sampel. Kesalahan yang diinginkan sebesar 3%. Maka sampel yang diambil berjumlah :
n = 10.000/(1+10.000x0,032) = 1.000 siswa
Jadi jumlah sampel minimal yang harus diambil untuk penelitian tersebut adalah 1.000 siswa
B. Pendapat Gay
Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan kepada desain penelitian yang digunakan.
Contoh :
Seorang peneliti ingin mengetahui tingkat kesadaran menjalankan ibadah pada penduduk suatu desa. Untuk tujuan tersebut, ia melakukan pengamatan terhadap penduduk desa tersebut. Bila jumlah penduduk desa 1.000, maka sampel yang harus diambil sebanyak 1.000 x 10% = 100 penduduk.
C. Pendapat Kracjie
Pendapat Kracjie hampir sama dengan Slovin, hanya Kracjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. bila jumlah populasi 100, maka sampelnya 80. Bila populasi 1.000 maka ukuran sampelnya 278, dan bila populasinya 10.000 maka ukuran sampelnya 384. Dengan demikian makin besar populasi makin kecil persentasi sampel. Oleh karena itu tidak tepat bila ukuran populasinya berbeda, persentasinya sama, misalnya selalu 10%.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Teknik Pengambilan sampel pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan Non Probability sampling. Probability sampling meliputi simple random, proportionate stratified random, dispropotionate stratified random dan area random. Non probability sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling. (Sugiyono, 1999;57).
1. Probability Sampling ( Random Sampling )
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel ( Saleh, 1988; 15) , Metode ini dianggap merupakan metode yang terbaik, karena peneliti terbebas dari subyektifitas. Generalisasi hasil penelitian sampel terhadap populasi bisa lebih dipertanggungjawabkan.
Probability sampling meliputi :
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi sepenuhnya dilakukan random, tanpa mempehatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian bila anggota populasi homogen atau dianggap homogen.
Teknik Simple Random Sampling :
Pengambilan sampel dengan cara ini dapat dilakukan dengan cara pengundian sebagai berikut :
Seluruh anggota pada populasi diberi nomor. Lalu secara acak dipilih nomor-nomor yang sesuai dengan banyaknya sampel yang telah ditentukan, dengan cara diundi. Pengundian bisa dilakukan dengan menggunakan “klintingan”, atau dengan menggunakan mesin pembangkit angka acak. Mesin pembangkit angka acak dapat berupa dadu bermata banyak, atau kini, telah dapat digunakan komputer. Pengundian dapat pula menggunakan tabel bilangan random yang sering dilampirkan pada buku-buku teks statistika.
Tabel bilangan random merupakan suatu tabel yang terdiri dari bilangan-bilangan yang disajikan dengan sangat tidak beraturan. Prinsip pemakaian tabel bilangan random adalah pertama-tama memberi nomor
pada setiap anggota populasi. Daftar ini disebut kerangka pengambilan sampel ( sample frame ). Seandaianya terdapat 50 anggota populasi, maka setiap anggota diberi nomor mulai dari 01 sampai 50. Lalu gunakan jumlah digit pada pada tabel acak digit populasi. Karena jumlah populasi 50 ( dua digit ), maka digit pada tabel angka acak adalah 2. Cara pemakaian pada tabel, pilih salah satu nomor dengan angka acak, gunakan digit terakhirnya. Anggota populasi pada sample frame yang mempunyai nomor yang cocok dengan angka diatas, diambil sebagai anggota sampel. Lalu lihat nomor yang berikutnya pada tabel, ambil dua digit terakhir. Anggota populasi pada sample frame yang mempunyai nomor sama terpilih sebagai anggota sampel. Demikian seterusnya sampai jumlah sampel yang diharapkan terpenuhi. Angka pada tabel yang nilainya di atas 50, atau angka yang berulang harus dibuang.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Sebagai contoh, suatu lembaga mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang beragam. Maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus = 10, =40 , = 200, SMK Teknik = 400, SMK Ekonomi = 200, SMP = 150. Jumlah sampel yang harus diambil mencakup seluruh strata pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional jumlah sampel.
Bila diambil kesalahan 5 % , dengan menggunakan Tabel Kracjie, maka jumlah sampelnya 278. Karena sampel berstrata dan stratanya menurut tingkat / latar belakang pendidikan, maka sampel harus proporsional menurut latar belakang/ tingkat pendidikan. Pada teknik proportionate stratified random sampling, untuk jumlah tiap strata ( subpopulasi ) berbeda, maka jumlah sampel pada tiap strata ( subsampel ) pun berbeda. Jika jumlah anggota tiap strata ( subpopulasi) sama, maka jumlah sampel pada tiap strata ( sub sampel ) akan sama.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari suatu
PT tertentu mempunyai 3 orang lulusan , 4 orang lulusan , 90 orang lulusan , 800 orang lulusan SMU, dan 700 orang lulusan SMP. Maka 3 orang lulusan dan 4 orang lulusan itu diambil semuanya sebagai sampel, karena dua kelompok tersebut terlalu kecil bila dibandingkan kelompok , SMU dan SMP.
d. Cluster Sampling ( Area Sampling )
Pengambilan sampel dengan kluster ini kadang-kadang dikaitkan dengan pengambilan sampel wilayah, sebab dalam pelaksanaannya sering dikaitkan dengan letak geografis. Namun teknik sampling ini bisa pula digunakan pada pengambilan sampel yang lebih umum, yakni pada suatu populasi yang berstruktur.
Dalam pemakaian teknik ini, sering digunakan melalui lebih dari satu tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan individu-individu yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
2. Non Probability Sampling
Non Probability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau angota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,1999;60). Dengan cara demikian semua elemen populasi belum tentu mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel. Hal ini misalnya karena ada bagian tertentu yang secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili populasi. Cara ini juga sering disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu oleh peneliti.
Ada 6 cara pengambilan sampel cara ini yaitu :
a) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampling berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi terdiri 100. Maka setiap anggota populasi diberi nomor dari 001 sampai dengan nomor 100. Misalnya peneliti menentukan hanya mengambil sampel dari populasi yang bernomor kelipatan 3. Maka anggota populasi yang terpilih menjadi anggota sampel adalah anggota populasi nomor 003, 006,009 dan seterusnya sampai 099.
Bila peneliti memutuskan mengambil sampel dari anggota populasi yang bernomor genap, maka anggota sampel yang terpilih sebagai sampel adalah 002, 004, 006 dan seterusnya sampai 100. Jelas terlihat bahwa setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
b) Sampling Kuota (Quota Sampling)
Teknik ini digunakan jika peneliti ingin mengkaji suatu fenomena dari beberapa sisi. Peneliti menentukan responden yang akan dipilih adalah orang-orang yang diperkirakan akan menjawab semua sisi tersebut. Misalnya akan diteliti perihal prestasi akademik mahasiswa dari mahasiswa aktiv belajar di kelas, rajin membaca di perpustakaan dan turut serta dalam organisasi kemahasiswaan, maka sasaran kuesioner diarahkan pada mahasiswa yang aktif kuliah, rajin ke perpustakaan dan mahasiswa yang terlibat organisasi kemahasiswaan. Jadi mahasiswa-mahasiswa seperti itu jika dijadikan sampel akan digunakan sebagai wakil dari populasi seluruh masiswa.
c) Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Teknik ini disebut pula cara dipermudah (Convinence Sampling). Sampel ini nyaris tidak dapat diandalkan, tetapi biasanya paling mudah dan cepat dilakukan karena peniliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang mereka temui.
Meskipun mempunyai ketidakterandalan yang tinggi , cara ini masih bermanfaat, misalnya pada tahap awal penelitian eksploratif saat studi penelitian pendahuluan untuk mencari petunjuk-petunjuk penelitian. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat dilakukan langkah-langkah yang lebih terarah
d) Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
e) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, misalnya kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil. Kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehinggga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball
Distribusi Sampling adalah distribusi probabilita dengan statistik sampel sebagai variabel acaknya.