Senin, 16 Mei 2016

Variabel dan Skala Ukur

BAB 6
VARIABEL DAN SKALA UKUR


VARIABEL PENELITIAN

Peneliti bekerja pada tataran teoritis dan tataran empiris. Pada tataran teoritis dengan mengindentifikasi konstruk-konstruk serta hubungan-hubungannya dengan proposisi dan teori, konstruk itu tidak dapat diamati karena belum ada nilainya. Adapun pada tataran empiris, peneliti menidentifikasi, mengklasifikasi, dan mengoperasionalkan variabel-variabel, termasuk menemukan hubungan-hubungan antar variabel dan penghematan sudah dapat dilakukan karena variabel sudah mengandung nilai.

Nilai yang diberikan pada suatu variabel sesungguhnya tergantung pada gejala sosial yang kita hadapi. Jika gejala sosial situ berupa gejala nominal, nilai dari variabel-variabelnya berupa penggolongan-penggolongan secara terpisah (deskrit). Dari fenomena kemuadian diabstraksikan menjadi konsep atau konsruk yang jika diberi nilai akan menjadi variabel. Berdasarkan fungsinya variabel dibedakan menjadi :

  1. Variabel Terikat dan Variabel Bebas, variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel bebas adalaah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Jadi istilah variabel terikat dan variabel bebas hanya ada dalam hubungan antar variabel yang bersifat kausalitas.
  2. Variabel Moderator, adalah variabel yang fungsinya mempengaruhi hubungan langsung antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengaruh itu dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
  3. Variabel Antara, adalah variabel yang fungsinya bertindak sebagai perantara dalam hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Artinya, sebelum variabel bebas itu mempengaruhi variabel terikat, yang bersangkutan melewati variabel antara terlebih dahulu. Variabel antara merupakan faktor yang secara teori berpengaruh terhadap fenomena yang sedang diamati, tetapi tidak dapat dilihat, diukur, atau dimanipulasi. Dampak dari variabel antara harus disimpulkan berdasarkan pada dampak variabel-variabel bebas dan moderator terhadap fenomena yang diamati.
  4. Extraneous Variable, Merupakan variabel yang tidak diketahui dan tidak dapat dikontrol oleh peneliti, tetapi secara sistem berpengaruh terhadap variabel. Salah stu bentuk tyipe variabel ini adalah subjek sistem variasinya diacak dari suatu karakteristik demografi, misalnya persentase antara pria dan wanita. Karakterisitik ini sangat berpengaruh pada variabel bebas ataupun variabel terikat. 
  5. Variabel Laten dan Variabel Manifest. Varibel laten merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara lengsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksinya. Sedangkan variabel manifest adalah variabel yang dapat diukur secara langsung oleh peneliti. 
  6. Variabel Endogen dan Eksogen, variabel endogen merupakan varibel yang dipengaruhi variabel lain dalam suatu penelitian atau sama dengan variabel terikat . Sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang memengaruhi variabel lain dalam penelitian atau sama dengan variabel bebas (independen variable).
Beberapa penyebab kurang sahihnya variabel : 
  
1. Deskripsi menyeluruh dari variabel bebas, variabel bebas harus bersifat spesifik dari suatu penelitian, variabel ini merupakan generalisasi dari hasil penelitian.
2. Berbagai campur tangan dalam perlakuan
3. Hawthone effect. Subjek ataupun kontrol penelitian terkadang merespon sehingga perlu pemacahannya, caranya seorang peneliti terkadang menerapakan placebo effect.
4. Efek kesenangan dan kekacauan
5. Efek Perlakuan
6. Kepekaan tryout Interaksi antara dampak perlakuan dengan histori
7. Pengukuran variabel terikat
8. Interaksi waktu pengukuran dengan dmapak perlakuan

TIPE SKALA UKUR VARIABEL

Tidak semua variabel memiliki skala ukur, bergantung pda fenomenanya. Fenomena yang variabel-variabelnya mempunyai dimensi terpisah (deskrit) atau kategori tidak dapat diberi nilai berdasarkan dimensinya. Gejala seperti ini disebut fenomena nominal dan variabel-variabelnya disebut variabel nominal. Variabel nominal kita tidak dapat memberikan nilai, tetapi hanya dapat melakukan perhitungan terhadap subjek yang mendukung variabel yang bersangkutan. memiliki dimensi kategori, seperti jenis kelamin dimensinya adalah laki-laki dan perempuan; agama, kota kelaihiran status pernikahan, status pekerjaan dan dimensinya. 

Selain fenomena nominal, dikenal pula fenomena kontinum, yaitu fenomen yang variabel-variabelnya mempunyai dimensi dengan sifat derajat bertingkat secara berlanjut (kontinuitas). Misalnya rendah sekali, sedang, tinggi, dan tinggi sekali.

Ilmu-ilmu sosial kenyataannya amat terbatas sehungga segala sesuatunya yang berkaitan dengan pemberian nilai terhadap dimensi suatu variabel perlu pemahaman yang utuh tentang fenomena sosial, apakah berupa fenomena nominal ataukah fenomena kontinum, Berdasarkan hal itu skala ukur dibedakan menjadi :

  1. Skala Ordinal (ordinal scale) merupakan skala pengukuran yang menyatakan sesuatu lebih dari (hal) yang lain. Skala ordinal memberikan nilai peringkat terhadap dimensi konstruk atau variabel yang diukur sehingga menunjukan suatu urutan penilaian atau tingkat preferensi. Misalnya untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap 7 merek mobil dengan menyusun urutan pilihan terhadap setiap merek mobil dalam bentuk angka 1-7, angka 1 menunjukan tingkat pilihan responden yg pertama, sedangkan angka 7 menunjukan tingkat pilihan terakhir responden. 
  2. Skala Interval (interval scale) merupakan skala pengukuran yang menyatakna peringkat dan jarak konstruk dari yang diukur, dengan kata lain tidak hnaya menyataka urutan preferensi, tetapi juga mengukur jarak antara pilihan yang satu dnegan yang lainnya. Skala interval mencangkup konsep kesamaan jarak, sehingga jarak antara 4 dan 5 sama dengan jarak antara 10 dan 11.
  3. Skala Rasio (ratio scale) merupakan skala pengukuran yang menunjukan peringkat, jarak, dan perbandingan construct ynag diukur. Skala rasio menggunakan nilai absolut sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggubakan relatif. Nilai-nilai pada variabel ekonimi kebanayakan berupa skala rasio. Misalnya variabel pendapatan, variabel investasi, tingkat bunga, jumlah unga yang beredar, jumlah tenaga kerja, laba perusahaan, jumlah penduduk, dan sebagainya.

TIPE SKALA SIKAP 
Respon yanag diberikan oleh respondenn terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diajukan oleh peneliti-seperti baik-buruk, suka-tidak suka, senang-tidak senang, sangat sejutu-tidak setuju-netral-setuju-sangat setuju- sebenarnya mencirikan tipe skala sikap. Terdapat banyak rancangan skala sikap yang dapat digunakan untuk membuat skala, antara lain :

  1. Skala Arbiter, merupakan sklaa yang dibuat dengan mengumpulkan butir pertanyaan sedemikian rupa sehingga jumlah butir pertanyaan tersebut meliputi semua komponen penyusun konstruk atau konsep yang sedang diukur. Skala arbiter terdiri atas lima titik yang pada setiap ujungnya berisi pernyataan ekstrem yang dibuat secara sengaja oleh peneliti. Misalkan, kita akan mengukur proses dari suatu perusahaan, maka disiapkan bebrapa butir pertanyaan atau pernyataan yang meliputi komponen penyusun konsep proses organisasi. 
  2. Skala Thurstone, disebut juga skala pembedaan thurstone dikembangkan untuk menciptakan suatu penilaian interval bagi pengukuran sikap. Skala thurstone terdiri ata 11 titik pada kedua bagian ujung titik berisi pernyataan ekstrim, sedangkan pda bagan tengahnya berisi pernyataan netral dan untuk kedelapan titik lainnya tidak diberi label untuk menciptakan kesan interval yang tampak sama antar ketiga posisi yang diberi label ekstrem dan netral tersebut.
  3. Skala Likert, merupakan skala yang didasarkan pada penjumlahan sikap reponden dalam merespons pernyataan berkaitan indikator-indikator suatu konsep atau variabel yang sedang diukur. Skala likert lazim menggunakan 5 titik dengan label netral ditengah pada posisi tengah ketiga.
  4. Skala Komulatif, disebut juga skala Guttman.Tujuan dari penyusunan skala ini adalah memperoleh ukuran gabungan yang bersifat unidimensional. Artinya, suatu skala sebaiknya hanya mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang diukur yang mempunyai beberpa dimesi. Asumsi yang mendasarinya adalah pernyataan atau pertanyaan yang diturunkan dari variabel yang tercakup dalam skala ini mempunyai boboy yang berbeda. 
  5. Skala Perbedaan Sematik, membagi antar dua ujung yang paling ekstrem yang berlawanan dalamsuatu kontinum ke dalma beberapa bagian, misalkan diminta untuk memberikan penilain terhadap kepribadian atasan/pimpinan mereka.
  6. Checklist digunakan sebagai alat untuk menolong individu dalam mendiskripsi perasaannya dengan menjumlah hasil positif dibandingkan hasil negatif.  jika tingkatan skala hendak digunakan untuk mengukur karakteristik tingkah laku yang elah terjadi maka dapat digunakan checklist judgemnet yang sederhana : “ya-tidak”. Model ini sangat sukses untuk mengukur tingkah laku yang spesifik maupun penampilan ketermpilan tertentu. Misalnya, jawaban A jika subjek positif, dan jawaban B jika subjek negatif.
  7. Skala Nominasi, skala ini sering digunakan untu kmenjawab nama-nama sesorang atau sekumpulan orang, ataupun situasi dnegan respons dalam bentuk kategori.
PEMBERIAN SKOR BERDASARKAN KRITERIA INDIKATOR 

Memberikan skor dengan menggunakna tipe skala tertentu memang mudah dilakukan. Terutama untuk instrumen yang sudah teruji validitas dan reabilitasnya. Adakalanya skor yang diberikan itu merupakan bobot dari kriteria-kriteria indikator dari variabel itu sendiri. Karena kriteria-kriteria indikator untuk setiap variabel itu berbeda-beda, titik scorig setiap variabelpun berlainan, ada yang 2 titik saja, ada 3 titik, 7 titik, bahkan ada yang puluhan.

Scoring variabel memerlukan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang luas tentang variabel, dimensi-dimensi, dan indikator-indikator yang membentuk dimensi itu. Tidak ada ketentuan dalam pemberian skor dengan angka, bisa stuan, puluhan, bahkan ratusan tergantung pada luasnya dimensi dan kriteria indikator variabel yang bersangkutan.




Sumber : Metodologi  Penelitian Bisnis, Prof. Dr. Jogiyanto H.M., M.B.A., Akt.  "Salah Kaprah Dan  Pengalaman – Pengalaman"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar