Selasa, 17 Mei 2016

Makalah Puisi

BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1. Latar Belakang Masalah
 
      Jenis puisi di Indonesia sebagai kreasi manusia selalu berkembang dari masa ke masa. Perkembangan puisi merupakan refleksi pemikiran penyair dalam menyikapi zaman, sekaligus menyikapi perpuisian itu sendiri. Akan tetapi, walaupun puisi berubah menjadi seribu macam bentuk, ada yang tetap melakat dalam puisi sebagai hakekatnya, yaitu menyampaikan sesuatu secara langsung. Hal itu merupakan pemikiran Riffaterre (lewat Sarjono, 2001:124) bahwa “a poem says one thing and means another”.
       Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).  
      Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk digarap.

1.2. Tujuan Penyusunan
       Tujuan kami membuat makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui pengertian dari puisi
  2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
  3. Untuk mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia
  4. Untuk Mengetahui perbedaan puisi dengan prosa


BAB II
PEMBAHASAN

 2.1. Pengertian Puisi / Musikalisasi

       Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kataPoesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coluter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunan yang berarti membuat atau mencipta.
      Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
     Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
       Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
      Watt-Dunton (Situmorang, 1980: 9), Mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
    Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang, 1980:8), menyatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
      Putu Arya Tirtawirja (1980: 9), menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang samar dimana kata-katanya condong pada kata konotatif.
      Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran secara imajinasi dan disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinya.
      Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.

2.2. Unsur-unsur Puisi
 
       Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi 
       Struktur Fisik Puisi
       Struktur fisik puisi terdiri dari:
  1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
  2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya, karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
  3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
  4. Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
  5. Gaya Bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain : Metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. 
  6. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. 
          Rima mencakup:
  • Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.).
  • Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya.
  • Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
          Struktur Batin Puisi, terdiri dari :
  1. Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
  2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
  3. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
  4. Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. 
2.3. Jenis-Jenis Puisi
       Berikut jenis-jenis puisi yang dirangkum oleh Waluyo (1995:135) :

  1.  Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
  • Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair baik secara sederhana, sugestif, atau kompleks. Contoh; romansa, epik dan syair.
  • Puisi lirik, merupakan sarana penyair untuk mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadi (Waluyo, 1995:136). Contoh; elegi, ode dan serenada.
  • Puisi deskriptif, penyair memberi kesan terhadap suatu peristiwa atau fenomena yang dipandang menarik perhatian penyari (Waluyo, 1995:137). Contoh: satire, dan puisi impresionistik.
      2. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium, 
  • Puisi kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja. Puisi auditorium adalah puisi yang cocok dibacakan di auditorium, mimbar yang jumlah pendengarnya bisa dikatakan banyak.
      3. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
  • Puisi fisikal berisi pelukisan kenyataan yang sebenarnya, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penyair. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal kejiwaan atau spiritual. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan atau ketuhanan.
      4. Puisi Subjektif dan Objektif
  • Puisi subjektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, perasaan, pemikiran, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.
      5. Puisi Kongkret,
  • Adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahannya dari sudut penglihatan.
     6. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
  • Puisi diafan adalah yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata kongkret, dan bahasa dalam puisi mirip dengan bahsa sehari-hari. Puisi gelap adalah puisi yang terbentuk dari dominasi majas atau kiasan sehingga menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Puisi prismatis adalah puisi yang menggambarkan kemampuan penyair majas, diksi, dan sarana puitik yang lain, sehingga puisi bisa dikatakan sudah menjadi.
     7.  Puisi Parnasian dan Puisi Inspitratif 
  • Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya modal dalam jiwa penyair. Puisi inspiratif diciptakan berdasarkan modal dan passion menyair.
     8.  Stansa
  • Adalah jenis puisi yang masih mengikat bentuknya dalam kaidah baris, yaitu terdiri dari delapan baris.
     9.  Puisi Demonstrasi
  • Puisi ini merupakan pelukisan dan hasil refleksi demonstrasi para mahasiswa dan pelajar.
    10. Alegori 
  • Dalam KBBI, alegori adalah cerita yang dipakai sebagai lambang (kiasan) perikehidupan manusia yang sebenarnya untuk mendidik atau menerangkan sesuatu (gagasan, cita-cita atau nilai kehidupan, seperti kebijakan, kesetiaan, dan kejujuran).
2.4.  Perbedaan Puisi dengan Prosa 
 
      Slametmulya (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara puisi dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedanglan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mulai sampai akhir.
        Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
        Perbedaan lain terdapat pada sifat. Pusi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sigestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987). 
Perbedaan lain adalah puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa secara langsung.

Contoh Puisi :

Bacalah puisi di bawah ini dengan saksama !

“Pelengkap Hidup”

Aku bagai laut
Tak bertepi dan tak berkarang
Aku bagai bintang
Yang tak ditemani malam
Melihat dirimu ada senyum
Canda, dan tawa
Yang membuat aku
Tak ingin pergi darimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar